Bendera Alam Peudeung (Alam Padang) berkibar di makam Raja Meureuhom daya.(selasa 13/8/2019) |
Demikian disampaikan, Manager Kampanye Lembaga Advokasi Rakyat Aceh (LARA), Arif Tajul di Banda Aceh, menyikapi prosesi adat 'Seumeulung' yang digelar setiap hari ketiga Idul Adha oleh Pemerintah Aceh Jaya bersama keturunan raja Meureuhom Daya.
Disebutnya, pengibaran bendera Alam Peudeung di komplek makam raja Meureuhom Daya, Sultan Alaidin Riyatsyah di Gampong Glee Jong Kecamatan Daya, Aceh Jaya, merupakan simbol pemersatu yang mampu mengeratkan komponen masyarakat.
"Kita lihat acara adat Seumeulung, tidak hanya keluarga raja. Masyarakat umum dan sejumlah pelancong lokal maupun luar membaur di sana. Ini kearifan lokal yang mampu menyatukan dan sejuk," ucap Arif Tajul.
Kemudian, ia menyakini bahwa Alam Peudeng yang merupakan bendera simbol perjuangan raja-raja Aceh terdahulu. Dapat menjadi alternatif pemersatu Aceh, ditengah gaduhnya ikhwal lambang dan bendera Aceh.
"Alam Peudeung simbol perlawanan, perjuangan orang Aceh yang berbeda pandangan politik maupun kelas sosial, dalam mengusir imperialis barat--Belanda--di Aceh," paparnya.
Lanjut dia, ada pesan yang tersirat dari prosesi adat Seumeulung. Yakni, kearifan lokal yang menyatu dalam satu rajutan silaturrahmi diantara pewaris kerajaan-kerajaan di Aceh.
Lain itu, pesan moral yang tersampaikan ke pihak luar Aceh, tentang kondisi keamanan dan damai yang telah ditoreh propinsi paling barat Nusantara ini.
"Ada wisatawan luar daerah yang berkunjung. Menyaksikan berkibarnya Alam Peudeng. Ini akan tersosialisasi bahwa Aceh aman, damai dan bersatu lewat simbol bendera Alam Peudeung," pungkas Arif Tajul.
Sebagaimana diketahui, prosesi adat Seumeulung merupakan agenda tahunan pihak pewaris kerajaan Meureuhom Daya. Kemudian, kini telah menjadi program tahunan Pemkab Aceh Jaya lewat instansi terkait.(**)